KARAKTERISTIK DAN PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU
Pengertian dan Klasifikasi, Penyebab serta Cara Pencegahan
Terjadinya Tunarungu
Istilah tunarungu
digunakan untuk orang yang mengalami gangguan pendengaran yang mencakup tuli
dan kurang dengar. Orang yang tuli adalah orang yang mengalami kehilangan
pendengaran (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses
informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami
pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu
dengar. Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan
pendengaran (sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat
bantu dengar, sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa
sehingga dapat memahami pembicaraan orang lain.
Ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Berdasarkan tingkat kehilangan
pendengaran, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
-
Tunarungu
Ringan (Mild Hearing Loss)
-
Tunarungu
Sedang (Moderate Hearing Loss).
-
Tunarungu
Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss)
-
Tunarungu
Berat (Severe Hearing Loss)
-
Tunarungu
Berat Sekali (Profound Hearing Loss)
2. Berdasarkan saat terjadinya,
ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
-
Ketunarunguan
Prabahasa (Prelingual Deafness)
-
Ketunarunguan
Pasca Bahasa (Post Lingual Deafness)
3. Berdasarkan letak gangguan
pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat di-klasifikasikan sebagai
berikut.
-
Tunarungu
Tipe Konduktif
-
Tunarungu
Tipe Sensorineural
-
Tunarungu
Tipe Campuran
4. Berdasarkan etiologi atau asal
usulnya ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut.
-
Tunarungu
Endogen
-
Tunarungu
Eksogen
Penyebab Terjadinya Tunarungu
Penyebab Tunarungu Tipe
Konduktif:
·
Kerusakan/gangguan
yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan antara lain oleh:
-
tidak
terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus akustikus externus),
dan
terjadinya peradangan pada
lubang telinga luar (otitis externa).
·
Kerusakan/gangguan
yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan antara lain oleh
hal-hal berikut:
-
Ruda
Paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras pada telinga seperti karena
jatuh tabrakan, tertusuk, dan sebagainya.
-
Terjadinya
peradangan/inpeksi pada telinga tengah (otitis media).
-
Otosclerosis,
yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes.
-
Tympanisclerosis,
yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada gendang dengar (membran timpani)
dan tulang pendengaran.
-
Anomali
congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang pendengaran
yang dibawa sejak lahir.
-
Disfungsi
tuba eustaschius (saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynx.
Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural
·
Disebabkan
oleh faktor genetik (keturunan),
·
Disebabkan
oleh faktor non genetik antara lain:
-
Rubena
(Campak Jerman)
-
Ketidaksesuaian
antara darah ibu dan anak.
-
Meningitis
(radang selaput otak )
-
Trauma
akustik
Cara Pencegahan Terjadinya Tunarungu
Pada saat sebelum nikah
(pra nikah) antara lain: menghindari pernikahan sedarah atau pernikahan dengan
saudara dekat; melakukan pemeriksaan darah; dan melakukan konseling genetika. Upaya
yang dapat dilakukan pada waktu hamil,antara lain: menjaga kesehatan dan
memeriksakan kehamilan secara teratur; mengkonsumsi gizi yang baik/seimbang;
tidak meminum obat sembarangan; dan melakukan imunisasi tetanus.
Upaya yang dapat
dilakukan pada saat melahirkan, antara lain: tidak menggunakan alat penyedot
dan apabila Ibu tersebut terkena virus herpes simplek pada daerah
vaginanya,maka kelahiran harus melalui operasi caesar.
Upaya yang dapat
dilakukan pada masa setelah lahir antara lain: melakukan imunisasi dasar serta
imunisasi rubela yang sangat penting, terutama bagi wanita; mencegah sakit
influenza yang terlalu lama (terutama pada anak); dan menjaga telinga dari
kebisingan.
Karakteristik Anak
Tunarungu
·
Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa
mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata
pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang
bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.
·
Karakteristik
anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:
Pergaulan terbatas dengan
sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan
berkomunikasi.
Sifat ego-sentris yang
melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri
pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri,
serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan,
harus selalu dipenuhi.
Perasaan takut (khawatir)
terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain
serta kurang percaya diri.
Perhatian anak tunarungu
sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan
tertentu.
Memiliki sifat polos,
serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
Cepat marah dan mudah
tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya
menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami
pembicaraan orang lain.
·
Karakteristik
tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut.
Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan
yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat;
gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek
kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.
Kebutuan Pendidikan dan
Layanan Anak Tunarungu
Sebagaimana anak lainnya yang mendengar, anak tunarungu
membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal.Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan
dengan karakteristik, kemampuan, dan ketidakmampuannya.Di samping sebagai
kebutuhan, pemberian layanan pendidikan kepada anak tunarungu, didasari oleh
beberapa landasan, yaitu landasan agama, kemanusiaan, hukum, dan pedagogis.
Ditinjau
dari jenisnya, layanan pendidikan terhadap anak tunarungu, meliputi layanan
umum dan khusus.Layanan umum merupakam layanan yang biasa diberikan kepada anak
mendengar/normal, sedangkan layanan khusus merupakan layanan yang diberikan
untuk mengurangi dampak kelainannya, yang meliputi layanan bina bicara serta
bina persepsi bunyi dan irama.
Ditinjau dari tempat sistem pendidikannya, layanan pendidikan
bagi anak tunarungu dikelompokkan menjadi sistem segregasi dan
integrasi/terpadu.Sistem sgregasi merupakan sistem pendidikan yang terpisah
dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar/normal. Tempat pendidikan
bagi anak tunarungu melalui sistem ini meliputi: sekolah khusus (SLB-B), SDLB,
dan kelas jauh atau kelas kunjung. Sistem Pendidikan intergrasi/terpadu,
merupakan sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak tunarungu
untuk belajar bersama anak mendengar/normal di sekolah umum/biasa.Melalui
sistem ini anak tunarungu ditempatkan dalam berbagai bentuk keterpaduan yang
sesuai dengan kemampuannya. mengelompokkan bentuk keterpaduan tersebut menjadi
kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, serta kelas khusus.
Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama
dengan strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak
mendengar/normal, akan tetapi dalam pelaksanaannya, harus bersifat visual,
artinya lebih banyak memanfaatkan indra penglihatan siswa tunarungu.
Pada
dasarnya tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu sama
dengan siswa mendengar atau normal, yaitu untuk mengukur tingkat penguasaan
materi pelajaran, serta untuk umpan balik bagi guru. Kegiatan evaluasi bagi
siswa tunarungu, harus memperhatikan prinsip-prinsip: berkesinambungan,
menyeluruh, objektif, dan pedagogis. Sedangkan alat evaluasi secara garis besar
dibagi atas dua macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas biasa dan alat evaluasi khusus yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas khusus dan ruang bimbingan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar