PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Secara umum diketahui bahwa Asia Tenggara adalah kawasan yang multikultur. Multikultur berarti memiliki banyak kebudayaan mulai dari, bahasa, etnis, agama, dan lain-lain. Sama halnya dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Indonesia pun memiliki banyak sekali kekayaan. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, pulau-pulau dan nyiur-nyiur berjejeran melambai seolah mengatakan hai, panorama-panorama yang tak mampu dielakkan keindahannya menjadi kekayaan bangsa ini. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki banyak sekali suku dan budaya, agama dan etnis yang kemudian diramu oleh Bhinneka Tunggal Ika yang berazaskan Pancasila.
Suku-suku di Indonesia ini menghasilkan kebudayaan yang berbeda-beda yang tak jarang menjadi adat daerah setempat. Kebudayaan yang dihasilkan ini di antaranya makanan. Dari Sabang hingga Merauke memiliki panganan yang berbeda-beda, setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khasnya masing-masing, seperti suku Sunda yang memiliki panganan yang khas, yaitu nasi liweut, cuhcur, krewel, beubeuye dan lain-lain. Di kalangan orang Sunda nama-nama makanan itu sudah tidak asing lagi. Namun, untuk kalangan orang di luar Sunda mungkin merasa aneh dengan nama-nama makanan tersebut. Nama-nama makanannya pun cenderung lucu dan “Sunda banget”.
PEMBAHASAN
Indonesia terbentang dar Sabang hingga Merauke. Kepulauan Indonesia juga merupakan suatu gagasan yang terpanjang dan terbesar di dunia, menurut para ahli geologi (Koentjaraningrat, 2004: 1). Indonesia memiliki banyak keberagaman yang menjadikan Indonesia kaya akan budaya. Salah satunya suku Sunda. Secara antropologi-budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu (bahasa Sunda) serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang juga disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda (Harjoso, 2004: 307).
Bahasa Sunda dipakai secara luas masyarakat yang hidup di Jawa Barat, walau begitu setiap daerah di Jawa Barat memiliki keunikannya tersendiri dalam menggunakan bahasa Sunda. Bahasa Sunda yang murni dan halus ada di daerah priangan, seperti di Cianjur, Sukabumi dan Bandung. Selain bahasa, suku Sunda juga kaya akan makanan dan kesenian. Kesenian yang erat dengan suku Sunda ialah pencak silat. Pada kesempatan kali ini penulis tidak akan membahas tentang kesenian, melainkan tentang makanan khas suku Sunda pasca lebaran, yaitu Beubeuye.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dinanti-nanti oleh semua umat Islam di dunia, dimana kita menahan haus dan lapar selama tiga puluh hari yang setiap harinya harus diisi dengan kebaikan-kebaikan. Idul Fitri menjadi momentum kesempurnaan Ramadhan itu, dimana kita merayakan kemenangan kita. Dalam tradisi orang Sunda, biasanya sehari sebelum lebaran pra ibu memasak masakan khas yang bisa dikatakan mewah, karena hanya ditemukan setahun sekali (lebaran) dan Idul Fitri sangat identik dengan ketupat dan opor. Dua menu itu seolah-olah menjadi wajib di kalangan umat muslim di Indonesia kala Idul Fitri. Begitu juga dengan orang Sunda, selain dua menu wajib itu ada juga menu-menu lainnya. Seperti sayur ace, ulen, sambal goreng ati dan lain-lain/ tiap rumah memiliki menu turun-temurun yang berbeda-beda.
Semua panganan itu biasanya disantap setelah solat Idul Fitri. Setelah bermaaf-maafan dan kunjung-mengunjungi ada tradisi yang harus dilakukan yaitu makan bersama. Makan bersama ini mempererat hubungan silaturahim di kalangan orang Sunda. Sisa masakan yang masih ada pamali jika dibuang, maka orang Sunda mencampurkan atau menyatukan semua masakan itu menjadi satu yang kemudian disebut “beubeuye”.
Beubeuye berasal dari kata ‘beuyeu’ yang arinya ‘lembek’ dalam bahasa Indonesia. Di setiap rumah memiliki komponen yang berbeda, tergantung dari sisa masakan yang ada. Beubeuye ini paling enak dimakan dengan ulen. Setiap hari beubeuye ini harus dihangatkan karena semakin kering akan semakin enak. Beubeuye merupakan makanan sisa hari Lebaran, yang sudah ada sejak lama dan terjadi secara turun-temurun. Bentuk beubeuye ini sangat tidak menarik, tetapi kaya akan rasa. Asin, manis, asam, pedas semua menjadi satu. Beubeuye ini menjadi makanan yang ditunggu-tunggu setelah lebaran.
Nilai yang dapat diambil dari masakan khas orang Sunda ini adalah, jangan penah melihat sesuatu dari luarnya saja, karena penampilan luar dapat menipu. Orang Sunda juga mengajarkan untuk tidak membuang atau menyia-nyiakan makanan. Karena menghabiskan makanan merupakan salah satu bentuk syukur kita kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, dengan syukurlah nikmat bertambah dan dengan syukur pula beribu kebahagian terhantar.
Beubeuye,
Aya kusabab sesa
Teu sabaraha tapi ngeunahna moal aya
Jiga Kabayan nu katenjo boloho
tapi beunghar ku kasantun kasopan
Kitu oge beubeuye
teu ngeunah ditempo
tapi nyiuen nu ngadahar deudeuieun
Beubeuye,
Ngajarkeun urang pikeun ulah lalawora kana kadaharan
Kusabab, Pangeran bakal bendu
mun urang kacida bongah kana kadaharan
Beubeuye,
Ayana unggal saeunggeus Lebaran
Sataun sakali
Deudeuh meuni spesial
KESIMPULAN
Indonesia adalah negara yang kaya budaya (multikultur). Multikultur artinya memiliki banyak kebudayaan, mulai dari suku, bahasa, etnis, agama dan lain-lain. Salah satu kebudayaan itu berasal dari suku Sunda. Suku Sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu (bahasa Sunda) serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tingal di daerah Jawa Barat. Banyak sekali yang dihasilkan oleh orang-orang Sunda, di antaranya masakan atau panganan.
Beubeuye berasal dari kata ‘beuyeu’ yang artinya ‘lembek’. Beubeuye di setiap rumah memiliki komponen yang berbeda-beda, tergantung dari sisa masakan yang ada. Beubeuye ini muncul karena anggapan ‘pamali’ membuang-buang makanan. Maka orang Sunda menyatukan atau menggabungkan masakan-masakan sisa pasca lebaran itu yang kemudian dapat dikonsumsi kembali, bahkan menjadi panganan yang ditunggu pasca lebaran. Beubeuye ini merupakan masakan khas Sunda yang menambah kekayaan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar