A. Pendahuluan
Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti
rusak,netra berarti mata atau penglihatan. Jadi secara umum tuna netra berarti
rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta,tetapi buta belum tentu sama sekali
gelap atau sama sekali tidak dapat melihat. Ada anak buta yang sama sekali
tidak ada penglihatan,anak semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping
buta total, masih ada juga anak yang mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak
dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa.
B. Definisi
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan / tidak berfungsinya indera penglihatan.
Menurut Slamet Riadi adalah “Seseorang
dikatakan buta jika ia tidak dapat mempergunakan penglihatannya untuk
pendidikan “(Slamet Riadi , 1984, hal. 23).
Menurut Pertuni tunanetra adalah mereka
yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih
memiliki sisah penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatanya untuk
membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meski pun
dibantu dengan kacamata (kurang awas).
Tunanetra menurutSoedjadi
S.
(tth:23): Berdasarkan pandangan paedagogis, mereka ini kurang atau samasekali tidakdapat
menggunakan penglihatannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan dalam pendidikan.
Menurut White Confrence pengertian tunanetra adalah sebagai berikut.
1. Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision); dari ke dua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.
2. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangnya sehingga luas daerah penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari 20 derajat.
1. Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision); dari ke dua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.
2. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangnya sehingga luas daerah penglihatannya membentuk sudut tidak lebih dari 20 derajat.
C. Karakteristik
a. Fisik
Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda
dengan anak sebaya lainnya.perbedaan nyata diantaranya mereka hanya terdapat
pada organ penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik
antara lain: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak mata
merah, gerakan mata tak beraturan dan cepat, mata selalu berair dan sebagainya.
b. Perilaku
1) Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang
mengalami gangguan penglihatan dini antara lain: berkedip lebih banyak dari biasanya,
menyipitkan mata, tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
2) Adanya keluhan-keluhan antara lain: mata
gatal, panas, pusing, kabur atau penglihatan ganda.
c. Psikis
1) Menta/Intelektual
Tidak berbeda jauh dengan anak normal.
Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas
atas sampai batas bawah.
2) Sosial
Kadang kala ada keluarga yang belum siap
menerima anggota keluarga yang tuna netra sehingga menimbulkan
ketegangan/gelisah di antara keluarga. Seorang tunanetra biasanya mengalami
hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain, perasaan mudah
tersinggung dan ketergantungan yang berlebihan.
D. Faktor – faktor yang menyebabkan
Faktor yang menyebabkan terjadinya
ketunanetraan antara lain (DITPLB, 2006):
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa
pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan
seorang anak dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkanoleh faktor
keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau
mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan
antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan
keturunan.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses
pertumbuhandalam kandungan dapat disebabkan oleh:
– Gangguan waktu ibu hamil.
– Gangguan waktu ibu hamil.
– Penyakit menahun seperti TBC, sehingga
merusak sel-sel darah tertentu selama
pertumbuhan janin dalam kandungan.
– Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu
hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang
berkembang.
– Infeksi karena penyakit kotor,
toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat
terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
– Kurangnya vitamin tertentu, dapat
menyebabkan gangguan pada mata sehingga
hilangnya fungsi penglihatan.
hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa
post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata
padawaktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami
penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada
akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya
penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan
ketunanetraan, misalnya:
– Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena
kekurangan vitamin A.
– Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus
chilimidezoon trachomanis.
– Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang
bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata
menjadi putih.
– Glaucoma; yaitu penyakit mata karena
bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
– Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada
retina yang disebabkan karena diabetis.Retina penuh dengan
pembuluh-pembuluhdarah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi
hingga merusak penglihatan.
– Macular Degeneration; adalah kondisi umum
yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.Anak dengan retina degenerasi masih memiliki
penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas
objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
– Retinopathy of prematurity; biasanya anak
yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih
memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi,
sehingga pada saat bayi dikeluarkan dariinkubator terjadi perubahan kadar
oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal
dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering
menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya
kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang
berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
F. Hambatan dari individu yang bersangkutan
Menurut Lowenfeld akibat ketuna netraan
menimbulkan tiga macam keterbatasanya itu
(1) keterbatasan dalam hal luas dan variasi pengalaman,
(1) keterbatasan dalam hal luas dan variasi pengalaman,
(2) keterbatasan dalam bergerak atau mobilitas
(3) keterbatasan berinteraksi dengan
lingkungan. Keterbatasan tersebut dapat disebabkan secara langsung maupun tidak
langsung dari ketunanetraan.
1. Dampak terhadap Kognisi
Kognisi adalah persepsi individu tentang orang
lain dan obyek-obyek yang diorganisasikannya secara selektif. Respon individu
terhadap orang dan obyek tergantung pada bagaimana orang dan obyek tersebut
tampak dalam dunia kognitifnya ,dan citra atau “peta” dunia setiap orang itu
bersifat individual. Setiap orang mempunyai citra dunianya masing-masing karena
citra tersebut merupakan produk yang ditentukan oleh factor-faktor berikut:
(1) Lingkungan fisik dan sosisalnya,
(1) Lingkungan fisik dan sosisalnya,
(2) struktur fisiologisnya
(3) keinginan dan tujuannya
(4) pengalaman-pengalaman masa lalunya.
Dari keempat factor yang menentukan kognisi individu tunanetra
menyandang kelainan dalam struktur fisiologisnya, dan mereka harus menggantikan
fungsi indera penglihatan dengan indera-indera lainnya untuk mempersepsi
lingkungannya.Banyak di antara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman visual,
sehingga konsepsi orang awas mereka tentang dunia ini sejauh tertentu mungkin
berbeda dari konsepsi orang awas pada umumnya.
2. Dampak terhadap Keterampilaan Sosial
Orang tua memainkan peranan yang penting dalam
perkembangan social anak.Perlakuan orang tua terhadap anaknya yang tunanetra
sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap ketunanetraan itu, dan emosi merupakan
satu komponen dari sikap di samping dua komponen lainnya yaitu kognisi dan
kecenderungan tindakan.Ketunanetraan yang terjadi pada seorang anak selalu menimbulkan
masalah emosional pada orang tuanya.
3. Dampak terhadap Bahasa
Pada umumnya para ahlinya kin bahwa kehilangan
penglihatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami dan
menggunakan bahasa, dan secara umum mereka berkesimpulan bahwa tidak terdapat
defisiensi dalam bahasa anak tunanetra.Mereka mengacu pada banyak studi yang
menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra tidak berbeda dari siswa-siswa yang
awas dalam hasil tes intelegensi verbal.Mereka juga mengemukakan bahwa berbagai
studi yang membandingkan anak-anak tunanetra dan awas tidak menemukan perbedaan
dalam aspek-aspek utama perkembangan bahasa.
4. Dampak terhadap Orientasi dan Mobilitas
Mungkin kemampuan yang paling terpengaruh oleh
ketunanetraan untuk berhasil dalam penyesuaian social individu tunanetra adalah
kemampuan mobilitas yaitu ketrampilan untuk bergerak secara leluasa di dalam
lingkungannya. Ketrampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan
orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek
dengan obyek lainnya di dalam lingkungan (Hill dan Ponder,1976).
Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara yang dapat ditempuh oleh individu tunanetra untuk memmproses informasi tentang lingkungannya, yaitu dengan metode urutan (sequncial mode) yang menggambarkan titik-titik di dalam lingkungan sebagai rute yang berurutan, atau dengan metode peta kognitif yang memberikan gambar antopografis tentang hubungan secara umum antara berbagai titik di dalam lingkungan (Dodds
Para pakar dalam bidang orientasi dan mobilitas telah merumuskan dua cara yang dapat ditempuh oleh individu tunanetra untuk memmproses informasi tentang lingkungannya, yaitu dengan metode urutan (sequncial mode) yang menggambarkan titik-titik di dalam lingkungan sebagai rute yang berurutan, atau dengan metode peta kognitif yang memberikan gambar antopografis tentang hubungan secara umum antara berbagai titik di dalam lingkungan (Dodds
et al dalam Hallahan dan Kaufman,1991).
Untuk membentuk mobilitas itu, alat bantu yang
umum dipergunakan oleh orang tuna netra di Indonesia adalah tongkat, sedangkan
di banyak negara barat penggunaan anjing penuntun (guide dog) juga populer. Dan
penggunaan alat elektronik untuk membantu orientasi dan mobilitas individu tunanetra
masih terus dikembangkan.
E. Penanganan
A. Penanganan Tunanetra Total dari Segi
Pendapatan Informasi
1. Komputer Berbicara
Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa
Komputer Berbicara adalah Komputer dengan program JAWS. Komputer yang
memudahkan penyandang tunanetra mengakses informasi dari internet maupun ketika
mengetik adalah computer yang memiliki aplikasi screen reader yang disebut
JAWS.
2. Huruf Braille
Huruf Braille ditemukan oleh Louis Braille
(1809-1852), seorang guru berkebamgsaan Perancis yang mengalami kebutaan pada
usia 3 tahun. Braille menemukan sistem cetakan dan tulisan khusus untuk
penderita tunanetra ini pada tahun 1824 saat masih menjadi siswa pada
Institution Nationale des Jeunes Aveugles (National Institute for Blind
Children), Paris, Perancis.
Tulisan braille berupa huruf-huruf timbul yang sederhana dan praktis dan metoda membaca dipakai diseluruh dunia. Tulisan braille yang ditulis menonjol atau timbul di atas kertas dan dibaca dengan cara meraba secara lembut dan perlahan tulisan, terdiri atas 6 titik atau lubang dan dijadikan 2 baris, masing-masing 3 titik dari atas kebawah.
Tulisan braille berupa huruf-huruf timbul yang sederhana dan praktis dan metoda membaca dipakai diseluruh dunia. Tulisan braille yang ditulis menonjol atau timbul di atas kertas dan dibaca dengan cara meraba secara lembut dan perlahan tulisan, terdiri atas 6 titik atau lubang dan dijadikan 2 baris, masing-masing 3 titik dari atas kebawah.
3. Digital Ascesible System (DAISY) Player
PlayerDigital Ascesible System (DAISY)Player.
DAISY Player digunakan untuk mempermudah penyandang tunanetra untuk memperoleh
informasi dari buku tertentu yang telah diubah menjadi bentuk suara.
4. Buku bicara (Digital Talking Book)
Digital talking books adalah perangkat yang
memungkinkan pembaca tidak hanya bisa menikmati suara audio yang dibacakan dari
buku, namun juga memungkinkan pengguna untuk melewati beberapa teks untuk
mencari topik atau pencarian kata tertentu.
5. Printer Braille
Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa
Printer Braille memiliki cara kerja yang mirip dengan printer dot matrix.
Proses pencetakan dilakukan dengan cara pengetukan pada kertas, sehingga
printer ini lebih bersuara jika dibandingkan dengan printer tinta.
6. Termoform
Termoform merupakan mesin pengganda (copy)
bacaan penyandang tunanetra dengan penggunakan kertas khusus, yaitu braillon.
7. Telesensory
Telesensory merupakan suatu alat yang
digunakan untuk memperbesar huruf awas agar terbaca oleh penderita tunanetra
low vision.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan pengguna tunanetra adalah memberikan layanan kepada penyadang
tunanetra dengan memberikan fasilitas buku secara manual yaitu buku braille
maupun teknologi seperti komputer berbicara, buku elektronik,yang menggunakan
program jaws. Dengan adanya layanan berbasis teknologi, diharapkan dapat
memfasilitasi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi.
B. Penanganan Tunanetra Total dari Segi
Mobilitas
Adanya ketunanetraan pada seseorang, secara
otomatis ia akan mengalami keterbatasan. Keterbatasan itu adalah dalam hal:
(1) memperolah informasi dan pengalaman baru,
(2) dalam interaksi dengan lingkungan, dan
(3) dalam bergerak serta berpindah tempat
(mobilitas).
Oleh karena itu, dalam perkembangannya seorang
anak tunanetra mengalami hambatan atau sedikit terbelakang mobilitasnya bila
dibandingkan dengan anak normal yang awas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar